header 2

𝘉𝘭𝘰𝘨 𝘪𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘶𝘬𝘶𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘫𝘶𝘢𝘯 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩 , 𝘦𝘧𝘪𝘴𝘪𝘦𝘯,𝘦𝘧𝘦𝘬𝘵𝘪𝘧,𝘵𝘳𝘢𝘯𝘴𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯,𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘪𝘯𝘨, 𝘢𝘥𝘪𝘭/𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘴𝘬𝘳𝘪𝘮𝘪𝘯𝘢𝘵𝘪𝘧 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶𝘯𝘵𝘢𝘣𝘦𝘭.

Pengadaan dana desa

Peraturan Kepala LKPP No.13 Tahun 2013
Tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa


Peraturan tersebut silahkan klik di sini

Apa beda DESA dengan  KELURAHAN ?
Desa adalah…kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas -batas wilayah yangberwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan. Dalam konteks otonomi daerah di Indonesia, Kelurahan merupakan wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten atau kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Data wilayah administrasi Pemerintahan  per provinsi di seluruh Indonesia ;
Provinsi  :        33 
Kabupaten :      399
Kota :        98
Kecamatan  :   6.948 
Kelurahan  :   8.337 
Desa : 71.537 

Struktur  organisasi dan tata kerja  (SOTK) Pemerintah Desa  : 
Kades dan Perangkat Desa;
Perangkat Desa   terdiri dari  Sekdes dan Perangkat Desa Lainnya;
Perangkat Desa Lainnya  terdiri dari  Sekretariat Desa, Pelaksana Teknis Lapangan, Unsur Kewilayahan; 
Sekretariat Desa terdiri dari  Sekretaris Desa dan Kaur/Seksi;
Pelaksana Teknis Lapangan (Kaur/Seksi);
Unsur Kewilayahan (Kepala dusun

Data  pendidikan Kades dan Perangkat Desa:
Kades :  Sarjana  4%;  SMA  70%;  SMP  20%; SD  6%; 
Sekretaris Desa yang PNS  :  43.560  ORG  (62,90%) terdiri dari: 
Sarjana  5 % ; SMA :  50% ;  SMP :  45 %; 
Sekretaris yang tidak PNS :  15.689  orang (37,10%)  à 50% terdiri dari rata-rata SD. 

Geografis , jarak dari  Desa ke Ibukota  Kabupaten  dari yang terdekat sampai yang sangat jauh 

Anggaran Pendapatan dan Belanja  Desa (APB Desa) terdiri dari :
1. Pendapatan asli Desa 
2. Bagi Hasil Pajak Daerah Kab./Kota 
3. Bagi Hasil Retribusi Daerah Kab./Kota 
4. Bag. Dana Perimbangan Keuangan  diterima Kab./Kota (min.10% utk Desa, yakni     ADD
5. Bantuan Keuangan dari Pemerintah  Pusat, Provinsi, dan Kab./Kota 
6. Hibah dan Sumbangan dari Pihak Ketiga 

Rentang besaran  data ADD :
2009: terkecil      Rp 25 juta            terbesar    Rp 2,4 M
2010: terkecil      Rp 10 juta          terbesar    Rp 2,3 M
2011: terkecil      Rp 20 juta          terbesar    Rp 3,5 M
2012: terkecil      Rp 7,6 juta          terbesar    Rp 4 M

Kekosongan Payung Hukum Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Di Desa
APB Desa 
*  besaran semakin meningkat.
*  Perlu pengelolaan yang baik dan akuntabel 

Perpres 54/2010 jo. Perpres 70/2012
*  Ruang lingkup pengadaan yang bersumber dari APBN/D.
*  Satu-satunya peraturan yang mengatur  pengadaan

 PP No.72/2005 tentang Desa
• Mengatur tata kelola pemerintahan dan keuangan desa.
•  Tidak mengatur desa. 

Berdasar  latar belakang seperti tersebut di atas diperlukan adanya  acuan pelaksanaan pengadaan untuk desa. LKPP memberikan acuan pengadaan dalam Peraturan Kepala LKPP sebagai   
 Acuan penyusunan tata cara pengadaan di Desa
 Acuan yang bersifat umum 

Kepala daerah yaitu Bupati atau Walikota dapat menindaklanjuti dengan :
• Mengatur  lebih detail aturan pengadaan untuk desa 
• Pengaturan  lebih lanjut dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di wilayahnya

Pengadaan Desa yang bersumber dari APBDesa diatur dalam Peraturan Bupati /Walikota dan dapat dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan, dengan mengacu pada Perka ini serta dapat disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat.

Pengadaan di desa yang telah dilakukan tetap sah dan yang sedang dilakukan tetap dilanjutkan sesuai praktik atau peraturan yang berlaku.

Pengadaan Desa  prinsipnya dilakukan dengan swakelola dengan memaksimalkan sumber daya setempat dan gotong royong. Jika tidak dapat dilakukan secara keseluruhan mapun sebagian dengan swakelola, pengadaan dilakukan oleh penyedia yang dianggap mampu.
Dalam masa transisi, Bupati/Walikota dapat membentuk tim asistensi desa (unsur ULP, SKPD, dan unsur terkait lainnya) untuk pendampingan dan meningkatkan kapasitas SDM.
Pelaksana kegiatan baik melalui swakelola maupun penydia adalah Tim Pengelola Kegiatan (TPK).

Tata Nilai Pengadaan Dana Desa
a. Prinsip: efektif, efisien, transparan, pemberdayaan masyarakat, gotong-royong, akuntabel.
b. Patuh pada etika, mencegah kebocoran  dan pemborosan keuangan desa, patuh pada peraturan.

Untuk pekerjaan konstruksi:
a. Ditunjuk 1 orang penanggungjawab teknis dari anggota TPK yang dianggap mampu;
b. Dapat dibantu personil dinas terkait setempat;
c. Pada pelaksanaan pekerjaan dapat dibantu pekerja (tukang/mandor).

Konstruksi tidak sederhana tidak dapat dilakukan dengan swakelola.
Kebutuhan B/J pendukung kegiatan swakelola yang tidak dapat disediakan dengan swadaya, dilakukan melalui penyedia oleh TPK.

Pengadaan barang jasa dengan dana desa yang MELALUI PENYEDIA
1. Ketentuan Umum
a. Pengadaan melalui Penyedia untuk mendukung swakelola atau pengadaan langsung melalui penyedia.
b. Penyedia harus memiliki tempat/lokasi usaha, kecuali tukang batu, tukang kayu, dan sejenisnya.
c. Untuk pekerjaan konstruksi, penyedia selain huruf b juga mampu menyediakan tenaga ahli dan/atau peralatan yang dibutuhkan.
2. Rencana
a. Menyusun RAB berdasar harga pasar setempat atau terdekat.
b. RAB tersebut dapat memperhitungkan ongkos kirim atau ongkos pengambilan barang/jasa.
c. Menyusun Spektek (apabila diperlukan).
d. menyusun gambar rencana kerja (untuk pekerjaan konstruksi), apabila diperlukan

Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan bentuk sederhana dari HPS.

BATASAN BESARAN PENGADAAN DANA DESA

a. Pengadaan s.d Rp 50 juta:
1) TPK membeli kepada 1 penyedia.
2) Tanpa penawaran tertulis.
3) Negosiasi untuk mendapatkan harga murah.
4) Bukti: nota, faktur pembelian, atau kuitansi atas nama TPK.

b. Pengadaan > Rp 50 juta s.d Rp 200 juta:
1) TPK membeli kepada 1 penyedia.
2) Dengan penawaran tertulis dengan daftar barang/jasa (rincian barang/jasa atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan satuan).
3) Negosiasi untuk mendapatkan harga murah.
4) Bukti: nota, faktur pembelian, atau kuitansi atas nama TPK.

c. Pengadaan > Rp 200 juta:
1) TPK mengundang dan meminta 2 penawaran dari 2 penyedia berbeda.
2) TPK menilai pemenuhan spesifikasi (jika 2 memenuhi lanjut ke tahap berikutnya, jika memenuhi 1 tetap lanjut ke tahap berikutnya, jika tidak dipenuhi  semua maka TPK membatalkan proses pengadaan kemudian mengulang proses pengadaan).
3) NEGOSIASI SECARA BERSAMAAN untuk mendapat harga murah.
4) Hasil negosiasi dituangkan dalam surat perjanjian antara Ketua TPK dan penyedia.

Batasan Nilai tersebut di atas dapat ditetapkan berbeda oleh Bupati/Walikota sesuai kondisi dan dalam batas yang wajar.
Perubahan Kegiatan Pekerjaan
a. Bila diperlukan, TPK dapat memerintahkan secara tertulis kepada penyedia untuk merubah lingkup pekerjaan:
1) Menambah atau mengurangi volume;
2) Mengurangi jenis pekerjaan;
3) Mengubah spektek;
4) Pekerjaan tambah.
b. Atas perubahan tersebut, penyedia menyampaikan penawaran tertulis kepada TPK.
c. Negosiasi untuk mendapat harga murah.
d. Untuk nilai pengadaan > Rp 200 juta, dilakukan adendum.

PENGAWASAN
a. Pengawasan pengadaan dilakukan oleh Bupati/Walikota dan masyarakat.
b. Pengawasan tersebut dapat didelegasikan kepada Camat.

PEMBAYARAN
a. Setiap pengeluaran APBDes harus didukung dengan bukti lengkap dan sah.
b. Bukti tersebut harus mendapat pengesahan Sekretaris Desa.

PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
c. Kemajuan pelaksanaan PENGADAAN dilaporkan TPK kepada Kepala Desa.
d. Setelah pengadaan selesai 100%, TPK menyerahkan hasil pengadaan kepada Kepala Desa dengan BAST Hasil Pekerjaan.



Post a Comment

3 Comments