header 2

𝘉𝘭𝘰𝘨 𝘪𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘶𝘬𝘶𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘫𝘶𝘢𝘯 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩 , 𝘦𝘧𝘪𝘴𝘪𝘦𝘯,𝘦𝘧𝘦𝘬𝘵𝘪𝘧,𝘵𝘳𝘢𝘯𝘴𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯,𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘪𝘯𝘨, 𝘢𝘥𝘪𝘭/𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘴𝘬𝘳𝘪𝘮𝘪𝘯𝘢𝘵𝘪𝘧 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶𝘯𝘵𝘢𝘣𝘦𝘭.

Pengadaan pemerintah dengan Supply Chain Manegement ( SCM )


Pengadaan secara best practice didasarkan kepada supply chain management. 
Supply Chain Manegement (SCM) adalah manejemen rantai pasok atau proses barang/jasa diolah dan disalurkan pada jalur bagian-bagian proses rantai pengadaan atau secara lengkap bisa dimulai dari sumbernya yang paling awal sampai pengguna terakhir.
Pengadaan pemerintah Indonesia di masa mendatang akan didasarkan kepada pola-pola supply chain management, bukan kepada detailnya aturan. Dengan demikian akan ada fleksibelitas yang didasarkan kepada menentukan pilihan-pilihan untuk mencapai value for money ( pengadaan bukan asal terpilih dan tersedianya barang/jasa tetapi lebih dari itu bahwa barang dan jasa yang diperoleh mempunyai nilai kemanfaatan yang efektif, efisien dan ekonomis).

Jadi pengadaan bukan meributkan proses pengadaan dengan aturan prosedurnya tetapi lebih meributkan kepada  kemanfaatan hasil pengadaan.
Dalam usaha untuk mencapai value for money diperlukan dua pendekatan yaitu Supply Positioning Model dan Supplier Perception Model.
Supply positioning model ini didasarkan
a.          besarnya nilai biaya pengadaan yang diwujudkan dalam garis horizontal yang semakin kekanan semakin besar dan kekiri semakin kecil, serta 
b.       risiko ketersediaan barang/jasa yang diwujudkan dalam garis vertikal, risiko ini dapat mempengaruhi suatu instansi dalam mencapai kinerjanya.
Vertikal
Bottleneck
(khusus)
Critical
(Kritikal)
Routine
(Rutin)
Leverage
(Umum)
                                                                                                                                             Horizontal

Garis vertikal dan horizontal mewujudkan dibuat empat area (box/kotak)  atau kuadran, atau hubungan tersebut empat area penting atau  menjadi empat kuadran, yaitu :
1.  Routine (rutin)
2.  Bottleneck (khusus)
3.  Leverage(umum)
4.  Strategic critical.(kritis)
Routine, merupakan kondisi dimana jumlah belanja sedikit dan risiko pasokan kecil.   
Barang/jasa ini meliputi berbagai barang/jasa standar, jumlah penyedia yang berada dipasar cukup banyak, serta tersedia berbagai barang substitusinya.  Untuk jenis barang yang berada dikuadran ini, analisis pasar tidak harus atau tidak perlu dilakukan mengingat total manfaat yang akan diperoleh tidak akan melebihi dari biaya yang digunakan.
Contoh alat tulis kantor

Bottleneck adalah keadaan yaitu risiko untuk menyediakan barang/jasa (supply) cukup tinggi dan nilai pengadaan secara total juga tidak besar.Kinerja instansi dapat terganggu atau tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya barang dan jasa.
Keadaan ini terjadi dalam spesifikasi barang yang bersifat khusus, tidak ada barang/jasa pengganti (substitusi), jumlah penyedia sedikit, dan beberapa kekhususan penyedia oleh beberapa penyedia saja yang memiliki.
Contoh alat-alat laboratorium
Leverage merupakan keadaan dimana jumlah nilai pengadaan cukup besar dan risiko ketersediaan barang/jasa tidak bermasalah.  Ada barang/jasa pengganti (substitusi) dan banyak penyedia.
Contoh pengadaan computer, laptop dsb
Strategic critical, merupakan keadaan dimana nilai pengeluaran untuk pengadaan besar dan masalah risiko ketersediaan barang/jasa juga besar.
Contoh pengadaan alat-alat kesehatan melalui pelelangan.
Pada keadaan ini, barang/jasa yang diperlukan adalah spesifikasi yang lebih bersifat khusus, tidak tersedia barang/jasa pengganti (substitusi) dan jumlah penyedia terbatas.

Strategi pengadaan untuk setiap kuadran sebagai berikut :
Ø Routine            :  Pengadaan langsung
Ø Leverage         :  Pelelangan umum/sederhana
Ø Bottleneck       :   Kontrak jangka panjang/membuat stock 
Ø Critical          :   Kerjasama jangka panjang

Silahkan lanjut ke  http://www.mudjisantosa.net/2014/01/matriks-supply-positioning-model.html

Post a Comment

0 Comments