header 2

𝘉𝘭𝘰𝘨 𝘪𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘶𝘬𝘶𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘫𝘶𝘢𝘯 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩 , 𝘦𝘧𝘪𝘴𝘪𝘦𝘯,𝘦𝘧𝘦𝘬𝘵𝘪𝘧,𝘵𝘳𝘢𝘯𝘴𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯,𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘪𝘯𝘨, 𝘢𝘥𝘪𝘭/𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘴𝘬𝘳𝘪𝘮𝘪𝘯𝘢𝘵𝘪𝘧 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶𝘯𝘵𝘢𝘣𝘦𝘭.

timbunan tanah

Pekerjaan penimbunan tanah..
Luas 30 x 120 x 1.5 = 5400m3
Masa pekerjaan 30 hari
Penyedia menyebut dalam dokumen penawaran  menggunakan traktor / baby roaler. Sumber timbunan 12km.

Dalam pelaksanaan kontrak hanya memakai tenaga orang dan asal timbunan 3 km.
Pekerjaan selesai tidak terlambat.
Auditor meminta penyetoran kelebihan bayar karena
1. Perubahan cara kerja
2. Perubahan asal timbunan

Coba dicombain dgn jenis spek.nya, spek by proses atau.spek by product., bila pakai spek by.proces klop dgn.metodex pakai alat ini, itu, tp.ndak.dipakai maka pengembalian KN, tp bila makai spek by product (hasil akhir) maka proses tuk.mendptkan product no problem sepanjang barang sesuai yg diharapkan.., contoh kcil.sy ngasih.org duit 26rbu.beli.rokok 234, entah.dia pergi.beli.dgn.jalan.kaki, naik bentor, grag,gojek yg.penting rokok 234 dtang kesaya tepat waktu..

Setuju , tapi dlm pekerjaan konstruksi metodologi termasuk penilaian, pertanyaannya bila metodologi yg ditawarkan ternyata berbeda dgn pelaksanaan walau volume & mutu output SESUAI apakah ini bisa dibilang penipuan ?

Metode adalah cara mencapai kualitas produk akhir. Dengan mengikuti metode diyakini kualitas akan tercapai. Kalaupun penyedia pake dukun tapi kualitas tercapai kenapa tidak? Emang kalau ikut metode trus kualitas gak masuk auditor tenang2 aja?     Kan udah sesuai metode.....😀

Ketika hasil sesuai spek yg kita minta....
Kita ini membeli metode pelaksanaan atau membeli hasil pekerjaan..

Ada pekerjaan ...
1. Menyelesaikan.suatu pekerjaan
2. Ada pekerjaan sewa alat.

==> nomor satu ..baik lumpsum atau harga satuan yg penting ..volume mutu dan waktu
==>  nomor dua ..perubahan alat atau perubahan produktikvitad alat akan merubah biaya

Banyak dalam analisa baik BOW, SNI, Muko2 dsb.... sudah tdk update dg kondisi saat ini krn kemajuan teknologi... misal, analisa pasang kusen kayu.... masih menerapkan hasil analisa cara manual, tetapi sekarang dilapangan sdh banyak metode menggunakan alat bantu... yg itu dlm analisa belum diadopsi.... padahal analisa yg berbeda, menjadikan metode yg berbeda...

Kesimpulannya... kita disini membeli barang/ jasa yg bisa terukur mutu dan volumenya... bukan yg terukur metodenya...

Kalo ini dilihat dulu di HPS dan dokumen pengadaannya. Kalo harga satuan di hps dg penawaran wajar, kan output yg dipegang. Klo pemadatan tanah kan ada ukuran kualitasnya, contoh kepadatan 90 CBR per tinggi 50 cm. Klo dites sdh memenuhi 90 CBR ya artinya hasil sdh ok. Klo pemadatan dinjek2 3 orang kan g mungkin bisa nyampai kpadatan tsb.

Perencanaan suatu struktur dg mutu yg diinginkan, pasti juga diikuti penggunaan alat yg sesuai....
Bila terjadi perbedaan dilapangan bisa jadi akibat dari keterbatasan alat yg ada saat itu, kesalahan dukungan peralatan yg diminta dlm dokumen oleh perencana, atau juga bisa kerena alat modifikasi di lapangan krn kreatififas di lapangan.
Seorang penyedia secara naluriah akan mengejar output sesuai yg diinginkan dg metode apapun, yg ngirit... tp oke.
Jadi bila ada metode yg variatif di lapangan itu hal biasa...yg penting mutu kualitas dan volume tercapai.
Disamping memang ada keterbatasan2 teori dilapangan..

VOLUME
MUTU
WAKTU

Post a Comment

0 Comments